aku tidak mau terlambat datang ke masjid kali ini.
Saat menuju ke masjid,
aku singgah sebentar di super market
untuk membeli makanan kecil
yang akan aku share dengan orang-orang yang ada di masjid
untuk merayakan hari raya Idul Adha bersama mereka.
Aku datang sebelum jam 8 pagi.
Tidak ada satu pun mobil ada di sana.
OMG, jangan-jangan aku salah jadwal lagi kali ini.
Ketika teman-teman Indonesiaku datang,
ku minta salah seorang temanku
untuk menghubungi teman muslim yang lain.
Ternyata kami tidak salah jadwal,
"Aman," ujarku dalam hati.
kami hanya datang lebih awal dari jamaah lainnya.
10 menit kemudian, beberapa mobil mulai berdatangan,
Karena kami datang lebih awal,
maka ruangan sholat untuk wanita masih sepi dan kosong.
Tidak beberapa saat kemudian,
suara takbir berkumandang dari ruangan sholat untuk laki-laki.
Sambil mengikuti lafaz takbir,
di ruangan ini mulai berdatangan jama'ah wanita dan anak-anaknya.
Masjid yang kemarin kosong, sekarang penuh dengan jamaah yang merayakan hari raya Idul Adha
|
Jamaah di ruangan laki-laki yang mulai bertakbiran sambil menunggu
jamaah lainnya berdatangan.
|
Untuk ruangan sholat wanita di bagi dua,
satu ruangan sholat khusus buat wanita
yang juga membawa anak kecil mereka.
Setiap jama'ah yang datang juga membawa makanan kecil
untuk di makan bersama sehabis mendengarkan kotbah sholat Ied.
Ketika jam menujukan pukul 8:30 AM,
waktu sholat Ied dimulai.
Kemudian di lanjutkan dengan kotbah tentang arti berkurban.
Sama seperti di tanah air kita,
saat kotbah berlangsung, sebagian wanita asik berbicara
walaupun hukum mendengarkan kotbah adalah wajib.
Manusiawi menurutku, karena mereka pasti sudah lama tidak bertemu
satu sama lainnya.
Cuman harusnya lebih bisa menahan diri,
supaya bisa tetap khusuk di dalam masjid
selama kotbah berlangsung.
Setelah semua kegiatan sholat selesai,
para wanita berkumpul sambil menyantap makanan yang telah di sediakan,
sambil berbincang-bincang dengan jama'ah di sana.
Makanan sederhana ini menjadi bumbu penyedap dalam bincang-bincang mereka.
Yang penting, sebagai sesama imigran,
semuanya bisa merayakan hari raya ini.
Termasuk aku dan teman-temanku.
Terdengar bahasa arab di mana-mana,
suasana ini wajar saja,
karena hampir mayoritas di ruangan wanita
bersalah dari negara di Timur Tengah.
Setelah Sholat dan Kotbah, semua saling mengucapkan selamat hari raya Idul Adha
|
Anak-anak kecil ini akan menyantap makanan kecil
yang di telah di bawah oleh para jamaah di sini
|
Oh ya teman,
aku datang ke Masjid Al-Rahma dengan 2 teman Indonesiaku
Yuli (namanya sama denganku), Ika dan anak bayinya.
Kemudian seorang muslim asal Malaysia, Kak Ana
ikut bergabung bersama kami.
Setelah berbincang-bincang dan menyantap sedikit kue,
Ika dan Yuli harus berpamitan untuk pulang,
karena Yuli harus kembali ke kantornya,
dia hanya bisa ijin sebentar, untuk melaksanakan sholat.
Karena aku sedang cuti hari ini,
aku bebas mau melakukan apa saja.
Aku putuskan untuk tetap tinggal di dalam masjid,
Karena aku pasti akan butuh waktu lama lagi
untuk datang kembali ke masjid ini.
Ternyata Kak Ana juga punya ide yang sama denganku.
Dia masih mau duduk-duduk di dalam masjid.
Kami berbincang untuk bisa lebih saling mengenal satu sama lain.
Menarik rasanya saat aku dan Kak Ana berbicara,
beliau berbahasa Malaysia yang logat melayunya sangat kental,
dan aku dengan bahasa Indonesia yang mulai rusak,
karena kadang-kadang aku ikutan latah bercakap-cakap layaknye melayu :)
Supaya obrolan kami bisa connect,
kami terkadang harus tetap berbahasa Inggris.
Luar biasa, bahasa Inggris adalah bahasa dunia,
walaupun Kak Ana dan aku berasal dari rumpun melayu,
tapi kami tetap mengalami kesulitan
jika memaksakan tetap berbicara Malayu dan bahasa Indonesia.
Tidak berapa lama, masjidnya akan di tutup.
Aku dan Kak Ana harus meninggalkan masjid secepatnya.
Karena obrolan kami semakin menarik,
Kak Ana mengajakku pergi untuk minum kopi dan makan siang di rumahnya.
Hidangan kwe tiaw goreng campur sotong buatannya,
membuat aku harus tambah 2 kali, karena enak dan kelaparan juga.
Kami berbincang-bincang
dan menghabiskan hari lebaran di siang ini di rumah Kak Ana,
sambil mengobrol tentang keluarga kami di kampung halaman.
Kami memang senasib seperjuangan.
Tak terasa obrolang kami yang panjang kali lebar harus berakhir,
aku memutuskan untuk pulang ke rumah,
beristirahat dan mencari cerita-cerita lain
yang ingin aku tulis buat teman-teman di Indonesia.
Sedang Kak Ana harus menjemput anak-anaknya pulang dari sekolah.
Tidak ada yang istimewa di hari raya kali ini,
tapi aku tetap mendapatkan kesempatan untuk bisa merayakan hari lebaran di Amerika,
di negara yang minoritas pemeluk agama Islamnya.
Tiada hal yang paling baik dan indah,
ketika aku bisa tetap selalu menjaga hati ini untuk tetap bersyukur
walaupun suasana lebarannya berbeda sekali dengan di Indonesia.
Aku tetap bersyukur ada masjid yang sangat dekat dengan rumahku,
tetap bersyukur masih memiliki teman-teman di sini,
tetap bersyukur karena bisa beli daging setiap minggu,
dan tetap bersyukur di kasih semua kemudahan dan rezeki dari-Nya.
Semoga tahun ini memberiku ide untuk merayakan hari raya yang lebih layak di sini.
Bukan hanya dengan teman-teman Indonesiaku saja,
tapi juga dengan sesama muslimah di Santa Fe, aminnn.
Salam manis dari jauh,
Yuliana
(Sang perantau yang merayakan lebaran Idul Adha jauh dari tanah air beta)
Lobby Masjid Al Rahma, Santa Fe, NM
|
Tak semewah masjid di Indonesia, beginilah ruang utama di masjid Al Rahma
|
No comments:
Post a Comment